Wilayah Nusa Tenggara Barat secara ekologis mempunyai nilai karakteristik yang khas karena merupakan lintasan garis Wallacea sebagai peralihan ekologis antara benua Asia dan Australia. Secara spesifik di Pulau Lombok ditemukan adanya kera hitam/lutung (Presbithys cristata) yang tidak ditemukan di Pulau Bali dan Pulau Sumbawa, jenis tanaman Kelicung (Dyosphyros malabarica), Rajumas (Duabanga moluccana) yang merupakan tanaman khas Nusa Tenggara Barat, dan Gaharu (Gyrinops verstegii) yang merupakan tanaman penghasil gubal gaharu dengan aroma yang khas dan jenis tanaman yang berbeda dengan daerah lain, Taman Nasional Gunung Rinjani yang mempunyai kaldera akibat letusan gunung Rinjani beberapa puluh tahun lalu sehingga membentuk danau Segara Anak, yang secara ekosistem bisa menjadi warisan dunia (world heritage), Gunung Tambora dengan kaldera akibat letusan dua abad silam yang menarik secara geologis, danau Rawa Taliwang sebagai tempat persinggahan burung bangau yang migrasi dari daratan Australia ke daratan China, dan lain-lain. Hal ini menunjukan bahwa wilayah Nusa Tenggara Barat mempunyai keanekaragaman hayati pada tingkat jenis serta pada tingkat ekosistem yang berbeda dengan daerah lain.
Penyebaran jenis-jenis hewan ataupun tumbuhan yang bervariasi seringkali terikat dalam hubungan dengan ekosistem setempat, karena adanya kesesuaian jenis dengan habitat tempat tumbuhnya atau tempat berkembangnya suatu jenis. Perubahan kondisi ekosistem akan memberi pengaruh nyata pada perubahan variasi jenis, sehingga jenis-jenis yang tidak mampu menyesuaikan diri dengan perubahan habitat akan mengalami kepunahan karena migrasi atau mengalami kematian. Perubahan habitat, seringkali disebabkan oleh campur tangan manusia dalam bentuk aktivitas yang bersifat merusak atau menyebabkan ketidakseimbangan secara ekologis. Pemanfaatan yang kurang seimbang dengan kemampuan dalam memperbaiki diri atau dengan kata lain pemanfaatan yang tidak mempertimbangkan azas kelestarian akan berdampak pada penurunan volume suatu jenis atau menimbulkan dominasi jenis lainnya. Dominasi suatu jenis pada suatu kawasan akan cenderung mendesak jenis lain untuk keluar dari suatu kawasan sehingga jenis satwa yang tertekan akan migrasi keluar dan membentuk koloni baru pada kawasan lain, sedangkan pada jenis flora yang tertekan akan mengalami kepunahan. Oleh karena itu, campur tangan manusia perlu dibatasi dan dikendalikan agar perubahan ekosistem juga dapat dikendalikan pada tingkat yang minimal dan ekosistem tetap terjaga keaslian dan keutuhannya. Hal ini berarti peran masyarakat sangat penting dalam mempengaruhi perubahan ekosistem, yang berarti juga akan mempengaruhi kondisi jenis flora dan fauna. Kesadaran masyarakat terhadap konservasi keanekaragaman hayati akan memberi dampak yang positif bagi kelestarian sumber daya alam pada suatu kawasan.
Peran serta masyarakat dalam menjaga dan melestarikan ekosistem kawasan hutan akan sangat penting karena perubahan kondisi ekosistem kawasan, umumnya terjadi sebagai akibat aktivitas manusia yang cenderung berlebihan. Aktivitas manusia yang berlebihan akan berdampak pada ketidakseimbangan ekosistem, seperti terganggunya rantai makanan, kelimpahan suatu jenis atau pengurangan suatu jenis, hilangnya jenis-jenis khas (endemik), dan lain-lain, yang pada akhirnya akan menurunkan nilai ekosistem.
Penulis: Ir. Andi Pramaria, M.Si