Untuk mengetahui kualitas air sungai yang ada di Prov. NTB, secara berkala Dinas LHK melakukan pemantauan dan pengambilan sampel air sungai. Kegiatan ini melibatkan Dinas/ Badan LH Kab/Kota se-NTB dan Dinas PU Prov. NTB. Sampai dengan saat ini pemantauan dan pengambilan sampel air sungai sudah dilakukan pada tiga sungai yaitu: sungai Rabalaju di Kabupaten Dompu, sungai Padolo di Kota Bima, dan Sungai Sari di Kabupaten Bima.
Sungai Rabalaju adalah sungai yang menjadi prioritas dan kewenangan pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat. Sungai ini memiliki panjang 50,42 Km. Pengambilan sampel dilakukan pada daerah hulu yang terletak di Desa Mangge Nae kecamatan Dompu dan Desa O’O (Bendungan Desa O’O) Kecamatan Dompu Timur. Disekitar lokasi pertama, pemanfaatan lahan sebagian besar adalah lahan pertanian dan air sungai tersebut dimanfaatkan untuk pertanian, sehingga tidak menutup kemungkinan sumber polutan juga berasal dari pertanian. Pada lokasi ke dua, kondisi sungainya tidak jauh beda, namun di sini sudah nampak aktivitas manusia dalam memanfaatkan air sungai, seperti untuk MCK dan memancing. Pengambilan sampel pada daerah tengah sungai dilakukan di Kelurahan Kandai Satu dan Desa Potu Kecamatan Dompu. Pada lokasi pertama, aktivitas manusia sudah semakin banyak seperti MCK dan terdapat pemukiman di bantaran sungai selain dimanfaatkan untuk lahan pertanian. Di lokasi kedua, kondisi air sungai mulai mengeruh dan berwarna hijau dan terdapat vegetasi air. Pemanfaatan lahan sebagai pemukiman warga adalah penyumbang sumber polutan yang terbesar. Dibagian hilir sampel diambil di Desa Kandai Dua dan Desa Rasanae Timur Kecamatan Woja. Kondisi sungai di hilir sudah banyak terkontaminasi, sumber-sumber polutan makin beragam. Aktivitas manusia yang tinggi mengakibatkan kualitas air menurun. Sumber polutan dari limbah domestic, membuang sampah di sungai, aktivitas MCK, ternak dll.
Sungai Padolo melintasi beberapa kecamatan di Kota Bima. Sungai inilah yang pada akhir tahun 2016 meluap sehingga menyebabkan banjir bandang dan meluluhlantakkan Kota Bima. Banjir yang terjadi menelan kerugian material yang tidak sedikit. Ciri khas lintasan sungai yang melintasi kota adalah pemanfaatan lahan atau bantaran sungai sebagai pemukiman, pertokoan dan perkantoran. Tingginya aktifitas manusia di sekitar sungai merupakan sumber polutan yang dominan seperti MCK, tempat buangan limbah domestik dan aktifitas Galian C. Tingkat kekeruhan air sungai sangat tinggi, banyak terdapat bahan hanyutan dan warna air yang coklat, hal ini disebabkan oleh turunnya hujan ketika pengambilan sampel air sungai.
Sungai Sari atau masyarakat lebih mengenal dengan sebutan Sungai Jangka adalah sungai yang melintas di Kecamatan Sape, Kabupaten Bima, sungai ini menjadi prioritas dan kewenangan pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat dalam pemantauan dan pengujian kualitas air. Sungai dengan panjang 34,19 Km melintasi lima batas desa dari hulu hingga hilir. Di hulu sungai kualitas air sungai masih sangat baik, pemerintah setempat juga membangun sebuah DAM yaitu DAM Limbu yang difungsikan sebagai irigasi pertanian. Kualitas air sungai dari hulu ke hilir perlahan mengalami penurunan. Hali ini disebabkan oleh aktifitas manusia makin ke hilir makin meningkat. Pemanfaatan Lahan bantaran sungai sebagai lahan pemukiman, Pertanian dan juga peternakan adalah merupakan sumber polutan di daerah hilir. Bahkan ada aktivitas Galian C di Daerah Tengah dan Di daerah Hilir. Perlu koordinasi dan kerjasama lintas sektor yang terkait dengan izin tambang galian C dan pembangunan talud di sepanjang sungai, hal ini dimaksudkan agar bantaran sungai tidak mengalami longsor baik itu disebabkan karena aktifitas manusia dan/atau karena banjir yang melanda beberapa waktu yang lalu. (dian/lil)