Pro 4 RRI Mataram : melalui siaran edukatif, ajak masyarakat mengurangi dan mengolah sampah
Pro 4 RRI Mataram mengajak masyarakat untuk memikirkan tentang persoalan sampah yang akan terus menjadi isu krusial dalam peradaban manusia. Dalam diskusi kali ini yang dipandu Mbak Sari dari Pro 4 RRI Mataram bertempat di Bank Sampah NTB Mandiri di Kebon Lelang Ampenan, Pro 4 RRI Mataram mengundang Dr. Lalu Ari Irawan (BP-MAS), Aisyah (Bank Sampah NTB-Mandiri), Radius P., M.Eng. (Dinas LHK NTB), dan Paizul (Bank Sampah Kekait Berseri) dalam kegiatan video taping untuk ditayangkan di saluran streaming rri.net. Hal yang dibahas adalah mengurangi dan mengolah sampah. (Rabu, 29 September 2020)
Dr. Ari dari MAS menyampaikan bahwa “Lalai dalam urusan sampah sebenarnya berpotensi melanggar nilai-nilai adat, yaitu nilai pemole (pemuliaan), yang mendasari perilaku manusia Sasak. Dalam konteks ini, pemole diartikan kesadaran manusia memuliakan dirinya, orang lain, masyarakat, dan lingkungan dengan menjaga kebersihan lingkungan.”
“Sampah tidak lain adalah masalah kemanusiaan yang pasti juga merupakan domain kebudayaan. Edukasi merupakan kata kunci paling mendasar. Untuk itu, setiap pihak harus bahu-membahu menjadi solusi permasalahan sampah yang cenderung meningkat dari tahun ke tahun seiring pola konsumsi dan karakteristik produk-produk industri di sekitar kita,” ungkap Dr. Ari.
Masalah sampah bisa menjadi item khusus ketika suatu komunitas adat menyepakati Awig Awig, seperti yang pernah dilakukan MAS bersama Krame Adat Wet Sesait dan Desa Kuta dalam Program Laboratorium Sosial Kampung Madani Pemprov NTB sejak tahun 2017 silam. Semangat dan sistem kerja besiru dalam masyarakat adat menurutnya juga dapat menjadi platform sosial yang dapat dimanfaatkan dalam upaya bersama mengurangi dan mengelola sampah.
Dalam diskusi ini Ibu Aisyah, Direktur Bank Sampah NTB Mandiri, juga menyampaikan bahwa “Mereka sekarang lebih fokus pada edukasi ketimbang pengolahan, karena saat ini sudah banyak bermunculan bank sampah yang fokus pada pengolahan dan pemanfaatan sampah. Meskipun kegiatan lembaganya masih mengalokasikan 20% pada aspek pengolahan dan pemanfaatan.”
Pak Paizul yang juga merupakan alumni Bank Sampah NTB Mataram dan kemudian membukan lembaga sendiri. “Sampah bisa mendatangkan nilai ekonomi di samping menjaga kelestarian lingkungan. Meskipun tidak mudah, dirinya bersama pegiat lainnya terus melakukan edukasi dan kegiatan sosialpreneur lainnya,” ungkapnya.
Dari sisi Pemerintah Provinsi NTB dalam hal ini Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Provinsi NTB, Pak Yus menyatakan “Pemerintah provinsi terus mendorong sinergisitas dengan setiap komponen di daerah untuk menyukeseskan ZERO WASTE sebagai salah satu program andalan Pemprov NTB.”
“Kami telah menyediakan saluran pengaduan real-time bagi masyarakat agar tindakan cepat dapat dilakukan. Namun, kewenangan lebih strategis memang ada di pemerintah kota/kabupaten sehingga mereka terus diajak berkoordinasi untuk bersama-sama membangun sistem pengurangan dan pengelolaan sampah yang efektif,” jelasnya.
Kami juga mendorong agar dana desa juga dialokasikan pada urusan penanganan sampah. Diskusi yang kami lakukan kaliini dilakukan di tengah sampah yang telah diolah menjadi barang berdaya guna, termasuk tempat duduk dari bahan drum bekas, meja dari wadah cat, dan sebagainya. Suasana yang tercipta tidak lagi menimbulkan rasa jijik dan atau pemandangan yang kotor melainkan lingkungan yang asri dan adem.
Diakhir sesi, Mas Yus memberikan selogan “Sampah Mu Tanggung Jawab Mu”. Maksud dari selogan ini untuk menyampaikan betapa pentingnya kita dalam bertanggung jawab atas sampah yang kita hasilkan. Mulailah dari diri sendiri dan lingkungan terdekat kita yaitu RUMAH dalam menanggulaangi sampah.