Dari Nilam sampai Kelor, Hasil Hutan Bukan Kayu Sokong Ekonomi Masyarakat di Tengah Pandemi Covid-19
Pak Sahrun atau kami memanggilnya Amaq Run, merupakan salah seorang Ketua Kelompok Tani Hutan Calon Mitra BKPH Pelangan Tastura. Amaq Run merupakan sosok petani yang selalu memiliki rasa ingin tahu dan ingin mencoba sesuatu yang baru. Setelah berhasil mengembangkan tanaman HHBK Kayu Putih (sudah dipanen beberapa kali) di Kawasan Hutan yang dikelolanya, kali ini Amaq Run melakukan uji coba penanaman Nilam diantara tegakan pohon Kayu Putih, Mente dan beberapa tanaman HHBK lainnya.
Nilam (Pogostemon cablin Benth.), yang merupakan salah satu jenis tanaman penghasil minyak atsiri dengan nama perdagangan Minyak Nilam, dimanfaatkan sebagai salah satu bahan baku industri parfum, bahan dupa, minyak atsiri, antiserangga dan industri kosmetik. Harga jual Minyak Nilam termasuk yang tertinggi apabila dibandingkan dengan minyak atsiri lainnya.
Uji coba penanaman Nilam di KPH Pelangan Tastura dilakukan sekitar 3 bulan yang lalu bekerja sama dengan salah satu perusahaan pengolah Minyak Nilam yang beroperasi di Pulau Lombok. Hari ini, tanaman Nilam tersebut untuk pertama kalinya dilakukan uji coba pemanenan. Dari hasil panen tersebut, diperoleh 2.050 Kg basah Nilam dari setiap 1.000 batang tanaman Nilam (rata-rata 2 Kg/batang) yang jika dirupiahkan mencapai Rp 3 jutaan. Kedepan, bekerjasama dengan perusahaan tersebut, Nilam akan dikembangkan secara masif dan menjadi salah satu HHBK unggulan di BKPH Pelangan Tastura.
Beberapa upaya pemberdayaan masyarakat juga dilakukan di KPH lainnya sekaligus untuk menghadapi dampak ekonomi dari Covid-19 terhadap masyarakat sekitar kawasan hutan.
Di KPH Rinjani Barat, Resort Malimbu membagikan bantuan dari program Proyek Forest Investment Program (FIP II) atas biaya hibah dari Bank Dunia berupa bibit kunyit dan lengkuas. Bantuan ini ditujukan untuk kelompok tani yang tergabung dalam Gapoktan Merte Sari, Desa Senggigi, Kecamatan Batulayar, Kabupaten Lombok Barat. Masing-masing kelompok tani memperoleh bantuan 5 karung bibit kunyit dan 100 kg bibit lengkuas. Bantuan ini bertujuan untuk memotivasi masyarakat memaksimalkan pengelolaan lahan yang sedang digarap. Dengan peningkatan produksi empon-empon diharapkan pendapatan masyarakat juga akan meningkat.
Di Kabupaten Sumbawa, saat ini sudah mulai muncul pengusaha lokal Sumbawa dengan produk yang bahannya dari hutan, seperti madu, jahe, kopi dan lainnya. Balai KPH Batulanteh ikut aktif mempromosikan produk lokal yang ada. Ada beberapa produk lokal yang saat ini dibantu dalam hal promosi, seperti madu yang dikelola BUMDes Sahabat Desa Semamung Kecamatan Moyo Hulu, kemudian sirup jahe yang dikelola kelompok tani hutan Brang Tampu Dusun Punik Desa Batudulang Kecamatan Batulanteh, serta Kawa Acing dari Dusun Punik.
Pihak Desa pun ikut terlibat, sebagaimana di Balai KPH Marowa, telah dilaksanakan acara serah terima Hibah Tanah oleh Kepala Desa Pusu Kecamatan Langgudu Kabupaten Bima kepada Balai KPH Marowa. Acara tersebut dihadiri oleh kedua belah pihak beserta para saksi. Tanah yang dihibahkan tersebut akan dimanfaatkan untuk mendukung kegiatan usaha kehutanan yaitu pengelolaan sarang burung walet. Sarang burung walet tersebut akan dikelola oleh kelompok masyarakat yang akan didampingi langsung oleh Balai KPH Marowa. Pengelolaan sarang burung walet ditujukan untuk peningkatan ekonomi masyarakat sekitar kawasan hutan.
Dan di BKPH Tambora, dipimpin Kasi PPHPM bersama personil Resort Manggelewa-Kilo mendampingi anggota kelompok tani Sinar Tambora dalam rangka kunjungan studi banding budidaya tanaman kelor ke salah satu perusahaan pengolahan kelor yang berada di Desa Lasi, Kec. Kilo, Kab. Dompu. Studi banding ini dilakukan dengan tujuan untuk meyakinkan kepada anggota kelompok bahwa kelor tidak hanya untuk sayur sebagaimana yang umum diketahui oleh masyarakat, tetapi juga bisa berbentuk produk olahan lainnya yang memiliki nilai jual.
HHBK lain yang juga sedang dikembangkan untuk stimulus ekonomi bagi masyarakat sekitar kawasan hutan di masa pandemi Covid-19 antara lain Kemiri, kayu putih, jahe, Porang, pinang, Aren, kopi sambung, empon-empon dan sereh wangi yang penanamannya tersebar di KPH se-NTB. Selain budidaya bahan baku, pengembangan HHBK tersebut juga didukung dengan pelatihan pengolahan produk serta bantuan mesin pengolahan.