Suasana asri, rapi dan bersih langsung terlihat ketika memasuki bank sampah yang berlokasi di Dusun Kekait, Gunung Sari – Lombok Barat. Kedatangan Tim Dinas LHK NTB yang diketuai oleh Mba Dian Sos sapaan akrabnya diterima oleh direktur bank sampah, Paizul Bayani pada Selasa, 29 September 2020. “Sesampainya disana, kami langsung menuju selasar yang tidak jauh dari pintu masuk. Terdapat beberapa anak muda yang tengah menggunting plastik sachet minuman instan, yang akan dikreasikan menjadi alas duduk,” jelas Dian.
Bank sampah ini telah berdiri sejak tahun 2015. Sempat berpindah lokasi karena terjadi bencana gempa di tahun 2018 lalu. Saat ini, dengan luas lahan kurang lebih 400 meter persegi, bank sampah masih tetap berjalan meski terjadi pandemi Covid-19.
Di awal didirikannya bank sampah ini, tidak sedikit warga beranggapan bahwa bank sampah adalah tempat membuang sampah mereka sehari hari. “Untuk membangun kesadaran masyarakat butuh waktu,dan kami butuh waktu hampir sepuluh bulan untuk mengajak masyarakat terutama tetangga terdekat agar mau menyetor sampah ke kami dalam keadaan terpilah,” ungkap Paizul. “Mengelola sampah bagi saya adalah membangun sebuah sistem,” tambahnya.
Bank Sampah “Kekait Berseri” mengelola segala jenis sampah. Sistem yang diterapkan adalah setiap rumah diberikan satu buah ember untuk menampung sampah organik atau rumah tangga dan satu buah karung untuk menampung sampah anorganik. Penjemputan sampah, terutama sampah organik dilakukan rutin oleh para pemuda setempat yang ditugaskan sebagai satuan tugas di bank sampah tersebut.
Pengelolaan sampah organik dilakukan secara mandiri. Dengan menggunakan metode pengomposan Takakura, Kekait Berseri mampu mengolah sampah organik hingga 200 kg per harinya. Sampah ini berasal dari 245 Kepala keluarga yang tersebar di tiga RT di Dusun Kekait.
Paizul menambahkan penjemputan sampah ke rumah warga ini tidak ditarik bayaran, sebaliknya warga diminta hanya rajin memilah sampah mereka, karena akan memudahkan bank sampah melakukan pengolahan. “Hal ini merupakan strategi yang dilakukan dalam mengedukasi warga tentang pentingnya memilah sampah,” jelas Direktur Bank Sampah Kekait Berseri.
Tidak hanya itu, sebagai imbalan bagi warga yang tekun memilah sampah, mereka dapat mengambil kompos dan bibit tanaman secara gratis yang telah disediakan oleh bank sampah. Dari produksi kompos inilah yang membuat Bank Sampah Kekait Berseri masih tetap beroperasi meski berada di tengah pandemik Covid-19. Aktivitas masyarakat menghasilkan hampir 60% sampah organik. Oleh karena itu potensi ini dimanfaatkan dengan baik oleh Paizul.
Agar kompos yang dihasilkan berkualitas dan bisa dimanfaatkan, Paizul telah melakukan uji kelayakan terhadap kompos yang diproduksi hingga tiga kali di Balai Penelitian Teknologi Pertanian. Dari hasil uji dinyatakan bahwa kompos produksi Bank Sampah “Keber” layak untuk digunakan.
Di kesempatan lain, Kepala Dusun Kekait juga menyampaikan sikap optimis dalam pengelolaan sampah di wilayah tersebut. Semakin banyak warga yang sadar dan mau turut aktif dalam bank sampah. Bahkan tidak sedikit warga di luar Dusun Kekait juga datang menjadi nasabah di Bank Sampah “Keber”.
Di satu sisi ini adalah kabar baik, namun di sisi lain bank sampah belum mampu menangani lebih banyak lagi karena keterbatasan sarana seperti ember dan alat angkut yang sudah mulai rusak. “Harapannya semoga pemerintah, terutama pemerintah desa mau men-support untuk keberlangsungan Bank Sampah Kekait Berseri,” tutup Paizul.