DISLHK NTB

Website Resmi Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Provinsi NTB

Kegiatan

KKN UNRAM MEREPLIKASI BEDENGAN TERBALIK DAN IPAL-ABT DI DESA SETILING

Setiling, 23 Juli 2025

Mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN) Universitas Mataram bersama Kelompok Wanita Tani (KWT) Senamian melakukan kunjungan ke KWT Al-Hidayah di Desa Janapria. Kunjungan tersebut dalam rangka belajar langsung tentang penerapan bedengan terbalik, yaitu sebuah inovasi yang terbukti efektif mengatasi krisis air di lahan kering.

Bedengan Terbalik dan IPAL-ABT adalah metode inovatif dalam pertanian lahan kering. Metode ini bekerja menyalurkan air dari dasar bedengan melalui sistem pipa yang ditanam di bawah permukaan tanah,  bukan melakukan penyiraman dari permukaan seperti cara konvensional. Metode ini memanfaatkan panas matahari untuk mengangkat air ke permukaan akar sehingga menjadikan tanaman tetap terhidrasi sekaligus menekan laju evaporasi dan infiltrasi yang tinggi pada tanah kering. Cara ini juga dapat membantu memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah.

Inovasi ini pertama kali ditemukan oleh Eli Darmawan, SP. pada tahun 2005. Metode ini mulai diuji coba pada 2021 di Desa Jerowaru, Kecamatan Jerowaru, Lombok Timur.  Wilayah tersebut dikenal sebagai daerah kering dengan keterbatasan sumber air. Sejak diterapkan bedengan terbalik terbukti mampu meningkatkan efisiensi penggunaan air serta mendukung pertumbuhan tanaman secara optimal ditengah cuaca panas ekstrem.

“Melihat langsung penerapannya di Janapria membuka wawasan kami bertambah. Kami ingin mengembangkan bedengan terbalik di Desa Setiling karena masyarakatnya mayoritas petani dan sangat potensial,” ujar Moh. Irfandi, Ketua KKN Unram.

Irfandi juga menjelaskan bahwa Desa Setiling telah menerapkan inovasi biogas dari kotoran sapi yang limbah padatnya sangat potensial dijadikan pupuk alami untuk mendukung sistem bedengan terbalik. “Kami ingin menggabungkan dua inovasi ini untuk menciptakan sistem pertanian yang efisien, ramah lingkungan, dan cocok untuk lahan kering,” tambahnya.

Metode Bedengan Terbalik yang diterapkan di Desa Jango, Janapria juga mendukung tujuan SDGs, khususnya poin 2 tentang tanpa kelaparan, poin 6 tentang air bersih dan sanitasi dan poin 13  tentang penanganan perubahan iklim. Inovasi ini diharapkan mampu meningkatkan efisiensi penggunaan air di lahan kering melalui irigasi bawah tanah hingga menjaga tanaman tetap terhidrasi meski dalam kondisi cuaca ekstrem dan keterbatasan air. Selain menjaga produktivitas pertanian, sistem ini juga membantu mengurangi evaporasi dan infiltrasi berlebih. Program ini turut memberdayakan masyarakat melalui kolaborasi antara KKN Unram dan Kelompok Wanita Tani Desa Setiling.

Sementara itu, Gatam Ibnu Adam, Humas KKN Unram, setelah meninjau langsung Bedengan Terbalik di Desa jango, Janapria kemudian membandingkannya dengan kondisi di Desa Setiling, menyatakan bahwa inovasi ini membuktikan bahwa keterbatasan bukan hambatan. “Bedengan Terbalik memang sederhana tapi dampaknya besar. Ini bukti bahwa ide kreatif petani lokal bisa mengatasi masalah seperti krisis air dan meingkatkan ketahanan pangan. Warga Setiling juga sangat antusias jika inovasi ini diterapkan di desa mereka,” ujarnya.

Kunjungan ini diharapkan menjadi awal dari replikasi teknologi pertanian tepat guna di desa-desa lain, termasuk Setiling. Bagi mahasiswa KKN Unram, ini bukan hanya studi lapangan, tapi juga langkah nyata untuk membangun desa melalui pemberdayaan masyarakat melalui kolaborasi antara mahasiswa KKN Unram dengan masyarakat melalui Kelompok Wanita Tani(KWT) Desa Setiling sehingga inovasi lain akan lahir dari masyarakat sendiri.(dr/ds)

 

Penulis : Dinda Riyu (Mahasiswa Ilmu Komunikasi Unram)

Diedit   : Dian Sosianti (Pranata Humas Muda DLHK)

LEAVE A RESPONSE

Your email address will not be published. Required fields are marked *