Salah satu Hasil hutan Bukan kayu (HHBK) yang berpotensi baik di Lombok tengah adalah bambu. Bambu dengan potensi baik dengan ketersediannya cukup melimpah dengan pasar sangat menjanjikan. Saat ini bambu banyak digunakan sebagai konstruksi banguna seperti cafe atau lesehan yang menggunakan bambu sebagai bahan utama bangunannya.
Pemanfaatan bambu sebagai bahan kontruksi bukan hanya bernilai secara ekonomis, akan tetapi juga sangat ramah lingkungan karena menggunakan kontstruksi dari bambu mampu mengurangi emisi pemanasan global. Tak hanya itu, bambu juga digunakan sebagai bahan baku pembuatan kerajinan tangan dan hiasa interior ruangan.
Berangkat dari hal tersebut, pembangunan site untuk pengelolaan sampah organik dengan metode (BSF) di Desa Sengkol dipandang perlu menggunakan bambu untuk konstruksi site-nya. Melihat dari potensinya yang cukup tersedia dan manfaat bambu yang ekonomis, Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Provinsi NTB mengadakan pelatihan konstruksi bambu yang diselenggarakan pada hari Minggu – Jumat, 10 – 16 Oktober 2020 bertempat di Kuta dan Sengkol– Lombok tengah.
Pelatihan ini bertujuan untuk memberikan keterampilan kepada peserta dalam membuat konstruksi dari bambu, seperti infrastruktur hangar pengolahan sampah untuk Black Soldier Fly dan TPS3R yang akan dibangun di Desa Sengkol. “Selain itu mereka juga akan dilatih untuk membuat kreasi berbahan bambu. Yang terpenting dari pelatihan ini memberi pengetahuan kepada para peserta bagaimana melakukan treatment bambu sebelum digunakan untuk konstruksi dan kerajinan lainnya agar bambu tersebut dapat bertahan lama. Berdasarkan pengalaman dari Bambook dan Our Bamboo, jika dilakukan treatment sebelum digunakan bambu ini bisa bertahan 25 – 30 tahun,” jelas Radyus Kasi Pengelolaan Sampah Dinas LHK NTB.
Kegiatan pelatihan ini terdiri dari beberapa rangkaian. Hari pertama para peserta melakukan kegiatan indoor dan menerima materi, bertempat di Kuta Beach Club. Di hari kedua peserta melakukan field trip atau kunjungan lapangan ke Treatment Center Bambook di Gunugsari, yang kemudian dilanjutkan praktek dengan langsung terlibat dalam konstruksi bangunan Black Soldier Fly di Sengkol selama 4 hari.
Terselenggaranya pelatihan ini merupakan kolaborasi yang apik dari Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Provinsi NTB dengan Bappenas, GIZ, Renergii, our bamboo, bambubos dan bambook. “Pada kesempatan ini kami melibatkan peserta dari 6 desa yang berada di sekitar KEK Mandalika yaitu Desa Kuta, Desa Mertak, Desa Prabu, Desa Sukadana, Desa Rambitan dan Desa Sengkol. Masing-masing desa mengirimkan 6 orang peserta. Sebelumnya telah dilakukan seleksi oleh Tim dari Inclusive Sustainable Economic Development (ISED), sehingga terpilih 3 peserta perwakilan dari setiap desa,” tutupnya.